Bupati Merauke Menyuruh PT Mayora dan PT
Astra Berhenti Aktivitas, Diskusi Kembali
Setelah aksi penolakan di kantor PT Mayora
di Merauke minggu lalu, FORMASI SSUMAWOMA sempat bertemu dengan Bupati Romanus
Mbaraka untuk membicarakan sikap masyarakat Malind Woyu Maklew untuk menolak
PT. Mayora dan PT. Astra di wilayah adat mereka. Hasil pertemuan itu
disampaikan dalam pernyataan pendek FORMASI SSUMAWOMA. Wartawan tabloidjubi.com
Ans.K juga hadir di pertemuan dan menulis tiga artikel dengan pernyataan sikap
Bupati dan beberapa peserta acara lain.
Info FORMASI SSUMAWOMA:
Setelah pertemuan bersama Intelektual
Malind Woyu Maklew SSUMAWOMA Muli Anim, Intelektual Menggelar rapat bersama
Bupati Merauke Romanus Mbaraka MT. Selama 2 Jam. Rapat Menghasilkan keputusan
Surat bagi para Intelektual memutuskan bersama bupati sepakat untuk keluarkan
SURAT PEMBERHENTIAN AKTIVITAS PT. MAYORA DAN PT. ASTRA yang bergerak di bidang
Pangan/gula yang akan berpusat di distrik Tubang, Okaba, Ngguti dan Ilwayab.
Dalam pertemuan pembicaraan berjalan hangat, dan berimbang, karna banyak
Intelektual mengeluarkan saran dan usul untuk tetap perusahaan tidak boleh
beraktivitas di ke 4 distrik tersebut. Bupati juga banyak memberikan penjelasan
yang cukup menarik mengenai hadirnya perusahaan ini dalam Group besar yaitu :
MIFEE GROUP. Di dalamnya mereka (PT) yang mendapatkan surat rekomendasi dan
ijin usaha yang di perbaharui oleh pemerintah. Penjelasan untung dan rugi juga
di bicarakan dalam pembahasan ini oleh bipati. Namun Intelektuan tetap bersuara
untuk tetap menolak kehadiran perusahaan. Simn P. Balagaize. Salam
Transformasi.
–
– – – – – –
PT
MAYORA DAN PT ASTRA DIULTIMATUM TIDAK BERAKTIVITAS
Merauke, 20/8 (Jubi) – Dalam pertemuan
yang berlangsung selama kurang lebih dua stengah jam di Kantor Bappeda, Senin
(19/8), Bupati Merauke, Romanus Mbaraka memberikan ultimatum kepada PT Mayora
maupun PT Astra agar tidak boleh melaksanakan berbagai kegiatan atau aktivitas
di lapangan, sebelum pembicaraan lebih lanjut.
“Saya akan keluarkan surat agar tidak
boleh ada aktivitas terlebih dahulu bagi kedua perusahan tersebut. Karena masih
ada pertemuan lanjutan lagi antara pemilik hak ulayat dari setiap kampung
bersama semua komponen terkait lain yang akan dilangsungkan di Salor. Jadi,
perwakilan dari setiap distrik yang hadir sudah mendengar. Informasi ini harap
diteruskan ke kampung-kampung,” harap Bupati.
Sementara Tokoh Intelektual Marind,
Leonardus Moyuen mengatakan, karena ada permasalahan, sehingga pertemuan
bersama Bupati Merauke dilangsungkan. “Kami berterimakasih kepada Bapak Bupati
Merauke yang meluangkan waktu sekaligus bisa berdialog secara langsung bersama
masyarakat dari tiga distrik,” ujarnya.
Masyarakat di kampung-kampung di tiga
distrik tersebut, kata Moyuen, melakukan penolakan dengan keras terhadap
kehadiran kedua investor. Karena mereka masuk dengan cara tidak santun. Jika
ada yang masuk, silakan duduk dan bicara secara santun menggunakan adat orang
Marind. Tidak harus secara diam-diam masuk dan berbicara dengan masyarakat
tertentu.
“Terus terang, dengan kehadiran mereka di
kampung-kampung, membuat hubungan antara masyarakat sendiri menjadi renggang.
Jika tidak segera disikapi oleh pemerintah, maka akan menimbulkan permasalahan
serius dikemudian hari,” tandasnya. (Jubi/Ans)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar